Sunday, 23 December 2018

Menerima Luka

Ketika bintang berpendar cerah diujung malam...Ketika seluruh penghuni hutan tlah lelap dalam semesta mimpi...
maka saat itulah,,hanya pada saat itulah sang peri membiarkan tangisnya luruh meranai....
bukan..bukan karna ia ingin tampak digdaya...perkasa...
bukan karna kecut dengan semua mantra tenung sang ratu hutan...

tapi ia menyadari terlalu banyak nuansa hutan yg akan redam bila ia memaksakan kepak sayapnya terkembang bebas....
ia mengakui luas sayapnya menghunus langit....
Terendus dalam imajinya....akan sedigdaya apa badai yg terbit saat ia kepakkan sayapnya yg megah...
Ya...ternyata tak tega ia berlaku sekejam itu....
Walau telah berbagai laku ia terima dari sang ratu dan seluruh penghuni hutan..
Tak dapat muncul rasa bencinya...
Tak dapat muncul rasa tamaknya...

Maka ia acuhkan setiap bulu2nya yg luruh tercabik lecut cambuk..menyisakan kerangka sayap yg memucat berlumur darah...
Demi menatap senyum tawa sang ratu hutan dan seluruh penghuni wana yg bahagia sebab sayap kokohnya tak menghembus badai....
Seperti ucap seorang panglima padanya..yg walau selalu ia sanggah tpi merasuk jauh kekelam pikirnya...

pilihlah tiada hanya meninggalkan semerbak kasturi...agar terus tercium wanginya meski akhirnya engkau meninggalkan yg fana....

ah..relung imagi semesta merinai rinai renjana...

No comments:

Post a Comment