Sunday, 24 February 2019

Menanggalkan keluh

Pada malam-malam sebelumnya...
Mungkin kau merasa masih mampu untuk menahannya...
Menahan segala beban yang kau topang sendirian pada pundakmu....
Menahan segala perih yang terlanjur mendera dadamu...

Tapi, pada malam ini....
Jika kau tak lagi mampu menahannya....
Biarkan segala bebanmu luruh barang sejenak....
Biarkan segala luka nestapa mu reda barang seremang....

Karna sejatinya,,,segala resah dan gundah perlu ruang untuk sekedar beristirahat...
Jangan anggap kau selalu kuat...
Meski akhirnya,,,kau pun akan kalah....
Pada waktu...

Di malam ini....
Setelah kau berbincang dengan Sang Semesta...
Sekedar sujud pada sajadahmu di sepertiga malam akhir...
Atau sekedar merapal doa di malam ini...
Menangislah,,,jika relung mu terlanjur sakit...
Menangis pada pencipta tak membuat mu terlihat lemah...

Jika kau tak bisa mengucap barang sekata pada kawanmu..
Mungkin menangis dan berdoa hanyalah salah satu solusi...
Disisi lain,,,percayalah...
Bahwa kau mampu melewati segalanya...

Kau kuat.
Kau tegar.
Kau sabar.
Dan,,,kau mampu atas segala ujian yang berat...

Percayalah,,,kau tidak sendiri...
Banyak yang ingin membantu sekedar menopang bebanmu dengan tulus...
Banyak yang ingin merangkul mu dengan ikhlas....
Pun,,,banyak yang ingin mendengar kan mu dengan sabar...

Di malam ini.
Jangan pernah merasa menyerah....
Segala nestapa tentang berat nya hidup...
Memang begini adanya...

Satu yang perlu kau pahami...
Kau mampu bertahan dan selalu kuat...
Melebihi apapun....

Friday, 22 February 2019

Kepada lelaki yg menempati relung hati

Teruntuk, lelaki yang selalu menempati relung hati.

Waktu terus berjalan, menyisakan kenangan dikala masa lampau. Rasanya masih hangat, walau sudah lama terjadi.

Masih saja terasa tiupan angin pada saat dirimu mengajakku berkeliling menikmati malam yg sunyi,  perjalanan diisi dengan aku yang memiliki rasa ingin tahu dan terus menerus bertanya padamu, namun kau tak pernah lelah menjawab semua pertanyaan lugu ku.

Ayah, 
maaf jika dulu saat makin beranjak dewasa, semakin sulit bersua denganmu. Kita seakan sibuk dengan urusan yang ada, kau sibuk dengan pekerjaanmu demi menghidupkan pusat kebahagianmu, yaitu kami. Lalu aku yang semakin sibuk mengejar cita cita demi membanggakan kalian.

Ayah,
Aku selalu rindu untuk mengobrol dan bercanda denganmu lagi, ditemani sepoci teh hitam,minuman kesukaanku selamanya, bersama mama memeluk anak kecil yg kini telah menjadi calon penerus mama pula.
Aku rindu suasana kala itu, rasanya hangat sampai-sampai lebih hangat dari  sepoci teh waktu itu.

Ayah,
Sebenarmya banyak yang ingin aku sampaikan kepadamu, andai engkau masi bersama kami.
Inginnya kubilang, yah istirahatlah, walau hanya sejenak tak apa.
Mari betualang lagi.
Mari mengajariku membaca dunia lagi.
Dan kumohon katakan jika kondisi kesehatanmu memburuk, jangan memendamnya sendiri.
Agar tak tertanam sesal yg menyesakkan seperti yg kami alami saat ini.
andai bisa, ingin rasanya ku sampaikan itu.

Ayah, 
kemarin aku pulang ke rumah yang selalu menjadi tempat kita mencurahkan segalanya. Aku datang untuk kembali merasakan hangatnya suasana rumah, dimana kita duduk di ruang tengah sambil bercanda tawa, dengan mama yang sibuk menyiapkan makanan serta si kecil yg lengket dipunggungmu kemanapun engkau pergi.

Tapi sayangnya hanya sepi yg kutemui.

Kini hanya bisa kupandang sebentuk batu dengan tulisan namamu, sebaris nama yg sampai matipun akan tersimpan di hati ini.

aku tidak pernah menyesal jadi putrimu. aku hanya menyesal tak pernah membahagiakan mu.

Maka kutulis ini, ungkapan renjanaku yg tak pernah mengenal tepi.

Dari aku yang beruntung telah menjadi anak dari seorang ayah yang dipenuhi cinta dan welas asih.

Surabaya, 22 feb 2019

Wednesday, 13 February 2019

Renjana sepi

Diantara embun yang jatuh dan sinar mentari yang menembus pepohonan, kutemukan ada rindu yang meringkuk kedinginan....

Sehabis senja, rindu menjelma bintang-bintang yang bertebaran,,
Dan aku adalah malam sepi yang memilikinya......

Seperti 3 hal favorite ku...
mereka Hujan Pantai dan Senja....
Mungkin kau tau....
atau mungkin tlah kau lupakan??
Hmm..biarlah....

Biar kupahamkan mengapa aku mencintai ketiganya....

Hujan...
ia yg selalu ikhlas menyirami,,memberikan kehidupan..
walaupun ia telah dihantamkan begitu keras dari langit yg membuainya...
ia tidak mengeluh...ia hanya terus turun dan turun menerima takdirnya..

Pantai...
yg rela menenggelamkan seluruh sampah dan racun jauh didasar palungnya...
tak ia tampakkan sakitnya....tak ia muntahkan kotornya...
hanya keindahan yg setia ia biaskan agar meraih tenang manusia menikmatinya..

Lalu senja yg selalu muncul menjadi citra bumi tercantik.....
Hadirnya tenang, memancing malam untuk menyalakan rindu lewat bintang-bintang....

Di hadapan malam, rindu selalu kehilangan wujud aslinya...
Bisa berupa kata, bisa juga menjadi nada....
Walau seringnya menguap begitu saja....

Menguap?? sungguh??

Aaaaah persetan dengan kata melupakan!!!!!!!
Tak ada yang sanggup melupakan.... Mereka hanya pandai menyembunyikan kenangan di sudut gelap ingatan...

Andai aku tahu awal dari semua kebahagiaan tersebut dan pada akhirnya harus aku bayar mahal dengan tetesan air mata,,,mungkin aku lebih memilih untuk tak bahagia....

Tapi sudahlah....memang begitu tuhan menyeretku...

Satu yg aku syukuri...
Denganmu,,,aku mengerti arti keikhlasan,,,
perjuangan tidak selalu berakhir tentang keindahan...

Karena rasa sakit ini menguatkan....

Semoga............